Sabtu, 08 Maret 2008

....tentang festival respon berita harian surat kabar

1.000 Pedagang Mie Bakso Ikut Festival

Yogyakarta (ANTARA News) - Sebanyak 1.000 pedagang mie bakso se-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan ikut festival yang dibuka Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu di halaman Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta, 22 Maret 2008.

"Peserta sebanyak itu berasal dari Kabupaten Gunungkidul 350 pedagang, Bantul 240, Sleman 215, Kulonprogo dan Kota Yogyakarta masing-masing 200 pedagang," kata Ketua Paguyuban Pedagang Mie Bakso (Papmiso) DIY Teguh Raharjo di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, para pedagang mie bakso itu akan berlomba dalam kreativitas, penyajian, kebersihan, dan higienis. Para pemenang lomba akan memperoleh tropi, piagam, dan hadiah berupa sepeda motor, gerobag, kulkas, sepeda, dan televisi.

"Untuk juara umum akan menerima tambahan hadiah modal Rp5 juta dari Pembina Nasional Papmiso dan juara favorit memperoleh hadiah komputer dari Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X," katanya.

Ia mengatakan, dalam festival tersebut para pengunjung dapat makan mie bakso secara gratis dengan menunjukkan voucher yang akan dibagikan panitia di pintu masuk JEC sebelum acara.

"Pengunjung juga akan dihibur pentas seni tradisional Sampak Patrol dan wayang kulit dengan lakon (cerita) Punakawan Nagih Janji yang dimainkan dalang Ki Enthus Susmono," katanya. (*)

COPYRIGHT © 2008





dari sumber harian(KOMPAS)
sabtu,17-mei-2008

Usaha Kuliner
Berinovasi dengan Bakso
Senin, 24 Maret 2008 | 10:51 WIB

Oleh Erwin Edhi Prasetya

Siapa tak kenal bakso? Jika diadakan survei, mungkin bakso menduduki setidaknya tiga besar makanan ringan paling favorit. Karena itu, tidak mengherankan di mana-mana ada bakso, dari kota besar hingga pelosok pedesaan. Dari yang dijual dengan gerobak dorong keliling hingga di mal.

Tidak hanya bakso tetapi juga mi, seperti mi ayam atau bakmi jawa, di Yogyakarta juga menjadi makanan favorit. Ini setidaknya dibuktikan saat Festival 1.000 Pedagang Mi dan Bakso di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta, Sabtu (22/3), ribuan warga DI Yogyakarta tumplek blek ingin menikmati bakso, mi goreng, mi ayam, dan bakmi jawa yang disediakan gratis. Menurut pihak panitia, festival itu diikuti 1.200 pedagang mi dan bakso di DIY dengan menyediakan lebih kurang 24.000 porsi.

Warga yang ingin mendapat mi dan bakso gratis rela berdesak- desakan di setiap stan yang dibuat berjajar rapi di tempat parkir JEC. Mereka mencoba tidak hanya satu porsi tetapi lebih. "Mumpung gratis," kata Atin, pengunjung.

Meski sejumlah daerah memiliki kekhasan, makanan bakso intinya tidak jauh berbeda, terutama pada bentuk bakso yang bulat dan memakai bahan inti daging sapi. Kompetisi perdagangan makanan bakso yang ketat membuat beberapa pedagang bakso mencoba melakukan inovasi produk. Salah satunya dilakukan Janadi (24). Ia yang biasa menjual bakso di sebuah kios di Jalan Imogiri Barat mencoba berinovasi pada bentuk bakso. Tidak lagi bulat, namun dibuatnya menjadi seperti persegi panjang.

"Bentuk itu memang pertama saya buat untuk ikut festival ini. Saya lihat belum ada bakso yang bentuknya seperti ini. Saya ingin membuat yang beda," ujarnya.

Selain bentuk persegi panjang, Janadi tetap menambahkan bentuk bulatan pada satu porsi. Ini supaya tidak menyalahi "pakem" bakso. Menurut Janadi, dengan membuat bakso berbentuk persegi panjang justru lebih menghemat bahan baku. Perbandingannya, dua bakso bulat sama dengan tiga bakso bentuk persegi panjang. Ia menamai baksonya "bakso kolor". "Ternyata tanggapan masyarakat bagus sekali. Mereka sampai antre ingin mencoba," ujarnya.

Hal itu mendorong semangatnya untuk mempraktikkan inovasi itu pada saat menjual bakso sehari-sehari. "Saya yakin akan berhasil karena tadi masyarakat tertarik. Harapannya bisa menaikkan pembeli lagi yang sempat turun selama harga-harga kebutuhan pokok naik," katanya.

Pedagang bakso lainnya mencoba berinovasi pada bahan dasar bakso, bukan lagi daging sapi tetapi memakai bahan dari kepala sapi. Agus Santoso (34), pengelola Bakso Kepala Sapi Wong Malang Asli, menuturkan, bakso kepala sapi memanfaatkan bagian-bagian pada kepala sapi atau cingur, seperti pipi sapi. "Bagian-bagian itu diambil lalu digiling dan dibuat bulatan bakso. Kami tidak memakai lidah atau otak," ujarnya.

Hasilnya bakso kepala sapi terasa agak beda. Hampir seperti bakso urat dengan citarasa berbeda, tidak keras tetapi juga tidak lembut. "Kami juga menambahkan siomay saat menyajikan," tuturnya.

Menurut Agus, bakso kepala sapi Wong Malang Asli di Yogyakarta sudah mulai buka sejak Juni 2007 di Jalan Sorogenen, Nitikan, serta Nitipuran, dan dijual memakai gerobak keliling. "Memang bakso ini tidak asli Yogyakarta, tetapi cabang dari Surabaya. Namun, kami yakin masyarakat Yogya bisa menerima dengan baik," ujarnya.

Agus mengaku dalam satu hari bisa menjual rata-rata 50 porsi pada setiap gerobak dengan harga Rp 5.000 per porsi. Dengan menawarkan citarasa baru itu, Agus optimistis bakso kepala sapi akan semakin berkembang bahkan menjadi tren baru di masyarakat.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu berpendapat, mi dan bakso memang sudah populer tetapi perlu lebih dipopulerkan. Perdagangan sektor mi dan bakso berperan penting dalam perekonomian nasional. "Yang paling penting adalah kita harus bisa menyajikan mi dan bakso yang sehat, bersih, dan aman bagi perlindungan konsumen. Penyajiannya yang baik dan memenuhi standar pangan," ujarnya.

Secara nasional, menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno, perputaran uang di sektor usaha mi dan bakso pada 2007 diperkirakan mencapai lebih kurang Rp 180 miliar per hari atau Rp 5,4 triliun per bulan. Perhitungan itu dengan asumsi 6 juta pengusaha mi bakso dapat menjual 10 porsi per hari dengan harga Rp 3.000 per porsi.


sumber berita harian KEDAULATAN RAKYAT

FESTIVAL 1.000 PEDAGANG MI-BAKSO; Dari Mi Ceker Hingga MiDes
24/03/2008 09:24:08 AREA parkir Jogja Expo Centre (JEC) Sabtu (22/3) kemarin tampak lain. Ribuan pedagang mi dan bakso dari berbagai penjuru DIY menggelar dagangannya dalam �Festival 1.000 Pedagang Mi-Bakso� yang diselenggarakan Paguyuban Pengusaha Mi dan Bakso Indonesia (Papmiso). Mereka menyajikan beragam masakan dengan bahan baku mi dan bakso serta ayam. Di antaranya ada mi ayam ceker, bakso uleg, MiDes (mi pedes). Dalam festival ini panitia menyediakan voucher makan seribu mangkok mi dan bakso gratis bagi pengunjung. Tak heran jika dalam sekejap bakmi tersebut laris manis. Agaknya, para pedagang mi dan bakso tak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka seperti ini. Makanya mereka tampil dengan kekhasan masing-masing. Seperti disajikan oleh Sri Rahayu (Mamik) pedagang MiDes (mi pedes) dari Siluk Imogiri. Dengan bangga dia mengklaim, ini merupakan satu-satunya MiDes yang ada di festival bahkan di Yogya. Soalnya, bahan bakunya bukan dari tepung terigu melainkan tepung ketela. Itu sebabnya, bakmi buatan Sri Rahayu ini tidak terpengaruh dengan kenaikan harga terigu. �Sesuai namanya mi ini rasanya pedes karena masaknya pakai sambal,� katanya di sela festival. Mi yang terbuat dari tepung ketela ini, rasanya seperti mi pada umumnya. �Banyak yang bilang mirip kwetiau,� katanya sembari tertawa. Sri Rahayu yang juga guru olahraga SD Kowang Bantul ini mulai menekuni usahanya sejak 10 tahun yang lalu. Dari harga Rp 1.200 per porsi hingga sekarang Rp 3.000 per porsi. Meski hanya buka pukul 18.00, namun pembeli hampir dipastikan selalu mengalir setiap harinya. Selain MiDes ada pula mi ayam Cak Was (Wasidi) yang cukup dikenal di kawasan Imogiri barat. Sekalipun warungnya berada di tengah dusun, tapi bapak satu anak ini punya cara sendiri untuk mengenalkan mi ayam buatannya. �Setiap pembelian satu porsi saya beri satu kupon berhadiah yang diundi setiap 6 bulan sekali. Hadiahnya berupa HP, VCD dan kaos,� ujarnya. Wasidi tidak mendapatkan sponsor untuk menyediakan hadiah itu, melainkan dari hasil keuntungannya berdagang. Setiap hari disisihkan Rp 10.000 untuk membeli hadiah. Yang membedakan mi ayam buatan Wasidi dengan lainnya adalah penyajiannya. Setiap mangkok mi ayam dilengkapi dengan tomat yang dibentuk seperti bunga. Ada juga acar, sawi yang ditata rapi sehingga mengundang selera makan. Per porsi Cak Was mematok harga Rp 3.00. Setiap harinya Wasidi mampu menjual 50 porsi. Lain lagi dengan bakso kepala sapi yang berpusat di Surabaya. Menurut Ina Chandra selaku pemilik kedai, bakso ini sama seperti bakso pada umumnya, tapi jika dimakan di dalamya terdapat daging kepala sapi yang rasanya khas. �Festival 1.000 Pedagang Mi dan Bakso� diikuti 1.204 pedagang dari Kota Yogya (198 pedagang), Kulonprogo (200), Bantul (215), Sleman (212) dan Gunungkidul (379). Setiap peserta menyajikan 20 porsi mi atau bakso bagi pengunjung dengan menukarkan voucher, sehingga jumlah mi dan bakso yang dibagikan secara gratis mencapai 24.080 mangkok. (R-4/*-4)-g



Tidak ada komentar: