Senin, 03 November 2008

PRODUKSI ETTOS ENTERTAINMENT " ANGGAYUH KASAMPURNAN"


Obsesi ’Menghidupkan’ Candisari Telah Terwujud
(KR MINGGU)02/11/2008 07:25:08 SETELAH 15 tahun, obsesi koreografer R Icuk Ismunandar SSn terwujud dengan mempergelarkan sendratari di candi. Kamis (30/10), ketika hari beranjak malam, lakon Anggayuh Kasampurnan yang didukung sekitar 50 penari berhasil ‘menghidupkan’ Candisari dan lingkungannya di Dusun Bendan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman. Lampu-lampu menyorot ke arah penari sekitar candi, musik yang digarap Ki Sukisno dan Eko Purnomo pun bergema.
Icuk sebagai koreografer sekaligus menyutradarai pergelaran. Selain mengajak para penari yang setiap hari berkarya bersama, juga merangkul masyarakat sekitar yang ahli dalam mbetheti pitik. Dusun tersebut memang terkenal sebagai tempat kelahiran pedagang ayam goreng Mbok Berek. Icuk merupakan salah satu keturunan Mbok Berek yang tinggal hanya sekitar 100 meter dari Candisari.
Sebagai warga yang tinggal di sana, tak terlalu muluk bila ayah dua anak ini bersama Komunitas Tari Candisari, Bendan, Kalasan (Kota Casabenka) menyebut pergelaran juga sebagai Rawat Rumat Tinggalan Simbah. Karena usaha pelestarian cagar budaya merupakan tanggung jawab masyarakat sekitar candi. Mereka merespons dengan berkarya mengangkat persoalan yang terjadi atas keprihatinan terhadap keberadaan situs Candisari yang kurang mendapat perhatian dari penggerak pariwisata maupun masyarakat luas.
Sebagai penari yang mengawali dari tari klasik gaya Yogyakarta, Icuk sangat intens menggarap sendratari. “Tak banyak yang koreografer yang memperhatikan sendratari,” kata Icuk tanpa bermaksud menonjolkan diri.
Tak heran pula, bila sendratari yang dipilih untuk ‘menghidupkan’ Candisari tersebut. Lakon Anggayuh Kasam- purnan hampir mirip dengan Anggayuh Impen dengan latar cerita legenda Candi Sewu yang meraih penghargaan terbaik pada Festival Sendtatari se-DIY tahun 1995. Dalam pengakuannya, setiap karyanya selalu terinspirasi oleh kejayaan khasanah budaya lokal Yogyakarta, namun tersaji secara artistik melalui pemikiran matang antara kreativitas bernuansa baru.
Dalam Anggayuh Kasampurnan, Icuk mencoba mengingatkan bahwa Candisari merupakan candi Budha. Sang Budha pun ditampilkan. Inti sebenarnya, seperti dituturkan Masedi S Paryono sebagai konseptor, lakon ini diupayakan sebagai pencerahan bagi manusia. Pengendalian diri dari nafsu-nafsu kado- nyan. Sang Budha yang dibawakan Masedi mendapat godaan dari Dewi Mara (Nurul) dan Siluman Buta (Widaru Krefiyanto). Meskipun godaan cukup berat, Sang Budha melawan nafsu tidak dengan membunuh. Di sini, Icuk tak terlalu mengeksploitasi candi sebagai bagian cerita lebih luas. Lebih banyak memanfaatkannya sebagai latar belakang, meski sebuah pintu candi digunakan untuk keluar-masuk Sang Budha dan Siluman Buta.
Pergelaran karya Icuk ini bisa disebut upaya melibatkan masyarakat di daerah yang banyak terdapat situs peninggalan berupa candi. Senada dengan keprihatinan Camat Kalasan Julianto yang mengambil contoh pergelaran sendratari Ramayana di Candi Prambanan tak ada lagi keterlibatan masyarakat setempat sebagai penari maupun pendukung yang lain.
Wajarlah bila pemerintah desa dan kecamatan mendukung. Mereka masih beruntung memiliki seniman tari yang kental dialiri darah seni, mengingat almarhum KRT Padmonegoro (dulu KRT Pangarsobroto) ayahnya, dulunya merupakan penari Kraton Yogyakarta. Sementara ibunya Kadarmiyatun yang meskipun keturunan Mbok Berek juga mantan penari klasik Yogyakarta. Icuk yang mempergelarkan karyanya bertepatan dengan 40 tahun kelahirannya, karena ia lahir 30 Oktober 1968, juga menjadikan pergelaran sebagai tanda bakti untuk ayahnya yang meninggal 103 hari sebelumnya. (Ewp)-c









MERAWAT RUMAH TINGGALAN SIMBAH

Sedikitnya 50 penari,15 pengrawit,50 panitia yang merupakan gabungan dari seniman tari dan masyarakat perajin ayam goreng kalasan tampil pada pergelaran tari berjudul Anggayuh Kasampurnan di halaman bangunan cagar budaya Candi Sari yang terletak di Desa Bendan, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (30/10) malam. Pergelaran tari karya Icuk Ismunandar yang diadaptasi dari kisah Arjuna Wiwaha tersebut bercerita tentang pencarian sebuah pencerahan dan pengendalian diri terhadap berbagai nafsu duniawi.
acara ini hasil produksi ETTOS ENTERTAINMENT sebuah organisasi EVEN PLANNER dari kota jogjakarta.

Tidak ada komentar: