Senin, 19 Mei 2008

OPERA CEREMONIAL "INDONESIA ANUGRAHA ANDHABHUWANA"


(POSTER PENTAS)
AGENDA ETTOS ENTERTAINMENT BULAN APRIL/25/2008
OPERA ’INDONESIA ANUGRAHA ANDABHUWANA’
"Pluralisme Jadi Kekayaan Nusantara"
28/04/2008 11:41:26
Opera Ceremonial ‘Indonesia Anugraha Andabhuwana’ di Panggung Terbuka Candi Prambanan, Jumat (25/4) malam berlangsung gemerlap dan megah.
Opera ini mengangkat semangat pluralisme budaya menjadi kekayaan Nusantara,
modal Indonesia masa depan.
Opera melibatkan 200 orang dari bererapa organisasi/komunitas/kelompok kesenian dipadukan oleh Ettos Intertainment The Art Management System.
Komunitas itu seperti Sampak Patrol Indonesian Transculture, Langit percussion, Djimbe Merdeka, Tari kolosal SMKI Yogyakarta, Paduan Suara Al Mizan, Pressiden Band, Jatilan Trancevaganca, DJ Ariwulu, Tratag Budaya Estetik dan komunitas seni lainnya.
Opera digarap sutradara Knyut Y Kubro, naskah diolah Knyut Y Kubro dan Otto Sukatno CR, Project Officer RM Donny S Megananda, Pimpro Bagus JH dan Tyas Enka (Ketua Panitia). Knyut, Donny dan Bagus JH kepada KR mengatakan, kegiatan dimaksudkan untuk pelantikan DPC Barisan Indonesia (Barindo) se-Yogyakarta menghadirkan Dr Ir H Akbar Tanjung (Ketua Dewan Pembina Pusat Barindo), Letjen TNI M Yasin (Sekjen Wantanas),
opera ini diilhami pendirian Candi Prambanan oleh Rakai Kayuwangi (Abab 9 M),
raja terbesar masa Kejayaan Mataram Kuna. Dijelaskan Knyut, Kayuwangi masa itu berhasil menuntaskan intrik-intrik politik konflik dan perlawanan sentimen wangsa Sanjaya (Hindu) dan Sanjaya (Buddha) dengan mempersatukan dua sistem keyakinan masyarakat menjadi Syiwabhuda, yang nampak pada rancang bangun Candi Prambanan. Hal ini terlihat di atasnya berbentuk stupa melambangkan keyakinan Budha sementara di badan candi dihiasi dengan relief dan patung dewa-dewi Hindu. Selain itu,
Prambanan dimaksud sebagai ‘Candi Mandala’ (kepala/ pusat) yang merupakan 0 KM, atau center of mind sistem kehidupan sosial-politik dan budaya Mataram Kuna. Hal ini tampak nyata dengan adanya 219 candi Perwara, yang mengelilingi candi induk Prambanan, menunjukkan kekuasan Mataram Kuna membawahi 219 kerajaan-kerajaan lain bersifat Swapraja (otonom) di bawah kendali Rakai Kayuwangi. “Candi Prambanan dapat menjadi bacaan konkret ikon persatuan dan kesatuan Nusantara. Masalah SARA dan pluralisme masyarakat, sejak dahulu telah menjadi ciri dan kekayaan utama Nusantara,” ucapnya.
Ditambahkan Donny dan Bagus JH,
SARA dan pluralisme dapat jadi sumber petaka yang merecoki problem plural Indonesia.
Namun dengan kekuatan nilai-nilai dan kearifan lokal,
selalu saja ada jalan dan cara untuk keluar dari problem mendasar akan rentannya watak pluralitas (kebhinnekaan) masyarakat tersebut. “Hal inilah yang mestinya harus dibaca dan terus disosialisasikan kepada generasi bangsa ini.” tambah Knyut. (Jay)-k
(=sumber koran "Kedaulatan Rakyat"28/4/2008)
.........bersambung
foto-foto dokumentasi

Tidak ada komentar: